Rifapentine obat apa?
Rifapentine atau dikenal juga sebagai RPT adalah antibiotik yang digunakan untuk mengobati tuberkulosis. Obat ini digunakan untuk fase aktif TB serta fase lanjut. Rifapentine juga dikombinasikan dengan obat anti tuberkulosis lainnya seperti isoniazid, keduanya digunakan untuk mengatasi tuberkulosis akut dan pencegahan TB pada penderita HIV. Di pasaran, Rifapentine tersedia dalam sediaan tablet dengan merek Priftin.
Rifapentine bekerja layaknya obat anti TB lainnya, yaitu dengan menghambat perkembangan hingga membunuh bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTB) yang menyebabkan tuberkulosis. Obat dari turunan rifamycin ini mampu menghambat pembentukan polimerase RNA bakteri yang menyebabkan bakteri sulit berkembang dan akhirnya mati.
Ringkasan Obat Rifapentine
Jenis obat | Antibiotik, anti tuberkulosis |
Kategori | Obat keras |
Kegunaan | Terapi pengobatan tuberkulosis aktif dan tuberkulosis fase lanjut |
Konsumen | Dewasa dan anak-anak |
Kehamilan | Kategori C (hindari) |
Sediaan | Tablet: 150 mg. |
Merek | Priftin |
Cara Kerja dan Fungsi Obat Rifapentine
Rifapentine berfungsi sebagai pembasmi bakteri M. tuberculosis pada penderita tuberkulosis. Rifapentine memiliki sifat bakteriostatik dan bakterisidal kuat, terutama terhadap bakteri yang berkembang dalam secara intraseluler seperti jenis M. tuberculosis yang menginfeksi paru-paru manusia.
Rifapentine bekerja dengan menghambat polimerase RNA yang dependen pada DNA bakteri Mycobaterium tuberculosis. Akibatnya obat ini menekan sintesis RNA dalam tubuh bakteri dan menyebabkan bakteri tidak mampu tumbuh dan akhirnya mati. Hebatnya senyawa ini tidak ikut menghambat sistem enzim manusia sehingga aman digunakan.
Indikasi dan Kegunaan Rifapentine
Rifapentine digunakan sebagai terapi alternatif yang dikombinasikan dengan isoniazid untuk mengatasi tuberkulosis laten, atau TB aktif. Obat juga dapat diberikan pada orang dekan dengan penderita TB dan berisiko ikut terinfeksi atau penderita HIV yang berisiko terkena TB atau penderita pulmonari fibrosis.
Kontraindikasi
Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang diketahui memiliki hipersensitivitas/alergi terhadap antibiotik jenis rifamycin atau antibiotik jenis lainnya tidak boleh diberikan obat ini.
Dosis Rifapentine dan Aturan Pakai
Peringatan! Obat ini adalah obat keras dan berpotensi menyebabkan resistensi terhadap serangan bakteri tuberkulosis. Pastikan dosis yang Anda gunakan sesuai dengan instruksi dokter dengan mempertimbangkan keparahan penyakit, usia, berat badan, dsb serta patuhi waktu dan dosis minum dari dokter untuk menghindari resistensi. Dosis yang tertera di sini adalah dosis umum.
Dosis Rifapentine untuk mengobati tuberkulosis aktif
- Dosis dewasa: pemberian awal 600 mg 2 kali seminggu selama 2 bulan dikombinasikan dengan antimycobakteria atau anti tuberkulosis lainnya. Pemberian lanjutan 600 mg sekali seminggu selama 4 bulan, dikombinasikan dengan isoniazid atau antibiotik lainnya yang sesuai.
Dosis Rifapentine untuk mengobati tuberkulosis laten
- Dosis dewasa: berat badan 25 – 32 kg: 600 mg; BB 32 – 50 kg: 900 mg; lebih dari 50 kg: 900 mg, pemberian sekali seminggu selama 3 bulan dan dikombinasikan dengan isoniazid. Maksimal penggunaan per hari 900 mg
- Dosis anak-anak: untuk umur lebih dari 12 tahun sama dengan dosis dewasa
- Umur 2 – 11 tahun (berat 10-14 kg): 300 mg.
- Umur 2 – 11 tahun (berat 14 – 25 kg): 450 mg.
- Umur 2 – 11 tahun (berat 25 – 32 kg): 600 mg.
- Umur 2 – 11 tahun (berat 32 – 50 kg): 750 mg.
- Umur 2 – 11 tahun (berat > 50 kg): 900 mg.
Aturan pakai:
- Gunakanlah obat ini setelah atau bersamaan dengan makanan.
- Selalu ikuti anjuran dokter atau petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan sebelum mulai mengonsumsinya.
- Gunakanlah antara satu dosis dengan dosis lainnya pada jarak jam yang sama, misalkan dua kali sehari berarti per 12 jam, tiga kali sehari berarti per 8 jam. Oleh sebab itu, untuk memudahkan usahakan untuk mengonsumsinya pada jam yang sama setiap hari.
- Apabila ada dosis yang terlewat akibat lupa, maka begitu ingat dianjurkan untuk segera meminumnya apabila dosis berikutnya masih lama sekitar 5 jam atau lebih. Tidak boleh menggandakan dosis Rifapentine pada jadwal minum berikutnya sebagai ganti untuk dosis yang terlewat.
- Gunakan obat ini tanpa sekalipun tertinggal dan obat harus dihabiskan sesuai dosis dan waktu yang ditentukan. Mengurangi dosis atau tidak menggonsumsi keseluruhan obat sesuai waktu akan meningkatkan risiko resistensi dan pengobatan mungkin di ulang dari awal.
Efek Samping Rifapentine
Rifapentin umumnya ditoleransi baik oleh tubuh. Namun, beberapa efek samping mungkin muncul dan perlu diperhatikan. Efek samping Rifapentine meliputi:
- Beberapa efek samping yang paling sering muncul berupa hiperbilirubinemia, hepatotoksisitas, perubahan warna cairan tubuh, hiperuremia, reaksi hipersesitivitas termasuk reaksi anafilaktik.
- Anemia.
- Nyeri dada.
- Edema.
- Dispepsia, muntah, mual, diare atau konstipasi.
- Demam dan badan lemah.
Efek Overdosis Rifapentine
Penggunaan dosis tinggi melebihi anjuran dapat menyebabkan overdosis. Gejala overdosis Rifapentin dapat berupa reaksi anafilaktik yang dapat berakibat fatal. Jika kondisi ini terjadi segera konsultasikan dengan dokter Anda.
Peringatan dan Perhatian
Sebelum dan selama menggunakan obat ini, harap perhatikan hal-hal dibawah ini:
- Sampaikan pada dokter atau apoteker Anda jika memiliki riwayat hipersensitivitas/alergi terhadap obat ini atau antibiotik turunan rifamycin lainnya.
- Hati-hati penggunaan pada penderita porfiria, bilatelar pulmonari, pasien seropositif HIV, serta gangguan fungsi hati.
- Perhatian perlu diberikan pada penggunaan untuk anak-anak, ibu hamil dan ibu menyusui.
- Hati-hati penggunaan bersamaan dengan penghambat protease.
Kehamilan dan Menyusui
Bolehkah Rifapentine untuk ibu hamil?
Rifapentine digolongkan dalam obat kategori C untuk ibu hamil. Hal itu berarti penelitian bahan obat ini terhadap hewan percobaan memperlihatkan adanya efek samping pada janin (teratogenik atau embriosidal atau efek samping lainnya) dan belum ada studi terkontrol pada wanita, atau studi terhadap wanita dan hewan percobaan tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu penggunaannya selama hamil sebaiknya dihindari.
Bolehkah Rifapentine untuk ibu menyusui?
Belum banyak penelitian yang menunjukkan efek Rifapentine terhadap ASI ibu menyusui dan bayinya. Namun untuk menghindari kemungkinan risiko kesehatan yang ditimbulkan pada bayi yang menyusu, sebaiknya obat ini dihindari selama masa menyusui.
Interaksi Obat
Hati-hati saat menggunakan Rifapentine bersamaan dengan obat lain. Interaksi dapat terjadi antara Rifapentine dengan obat-obat berikut:
- Penghambat protease, menurunkan efektivitas penghambat protease secara signifikan.
- CYP3A4 (verapamil, flukonazole, metadon, quinidine, kortikosteroid, flouroquinolon, warfarin, tacrolimus), dapat berkurang efektivitasnya.
- Barbiturat, antikonvulsan, benzodiazepine, clofibrate, dapat berkurang efektivitasnya.
- Kontrasepsi oral, menurunkan efektivitas obat kontrasepsi.